
Liburan Bertemu Teman Baru
(Melitalia Aprilia Korry,
Kelas VIII A)
Seorang
anak perempuan bernama Aisyah adalah anak tunggal dari orang tua yang kaya
raya, meskipun anak orang kaya Aisyah sama sekali tidak sombong. Ia beragama
Islam dan tinggal bersama ibu dan ayahnya di Jakarta. Aisyah dan keluarganya
sudah dari jauh hari berbicara tentang libur akhir semester dan mereka setuju
jika mereka berlibur ke kampung nenek.
Malam
sebelum pergi berlibur, Aisyah dan ibu mempersiapkan baju yang akan dibawa
sementara ayah memeriksa mesin mobil agar tidak ada kendala nantinya. Selama
mempacking baju Aisyah sangat tidak
sabar lalu ia bertanya kepada ibu dengan penasaran "Bu beberapa hari ya
kita di sana" jawab ibu dengan lembut "mungkin satu minggu saja
karena seninnya ayah sudah bekerja" lalu kata Aisyah singkat "oh begitu" setelah selesai mempacking
pakaian Aisyah menyiapkan pakaian untuk dipakai bepergian besok, lalu bersiap untuk
tidur.
Cahaya
matahari pagi menyinari kamar Aisyah sehingga Aisyah bangun dari tidurnya. Aisyah melihat jam sudah
menunjukkan pukul 06.00 pagi. Ia pun bergegas mandi karena ia akan berlibur ke
kampung neneknya. Saat mandi dia tak henti-hentinya tersenyum dan membayangkan
nantinya karena tidak sabar, setelah selesai mandi dan bersiap siap Aisyah
sudah siap untuk pergi berlibur. ia melihat ayah menyimpan barang-barang ke bagasi
dan ibu masih bersiap-siap. Tepat pukul 08.00 pagi saat Matahari mulai tinggi
mereka berangkat menggunakan mobil.
Saat
di perjalanan Aisyah bertanya dengan tidak sabra, "apa yang akan kita
lakukan di sana bu?" Jawab ibu dengan menatap Aisyah, "akan ada
banyak hal yang kita lakukan selama libur. Lihat saja nanti Aisyah". Setelah
ibu berkata demikian Aisyah pun semakin penasaran.
Seiring
berjalannya waktu setelah mereka berbincang sampailah mereka di kampung nenek
Aisyah. Ketika bertemu nenek, Aisyah
memeluk neneknya dan kata Aisyah penuh haru, "nek Aisyah rindu nenek". Jawab nenek dengan mata berkaca kaca,
"nenek juga Aisyah, nenek sangat rindu dengan kalian". Lalu mereka
masuk ke rumah nenek bersama-sama dan tinggal di sana beberapa hari.
Pagi
hari yang cerah Aisyah dan nenek pergi ke kebun sementara ayah dan ibunya di
rumah. Hawa yang sejuk di kebun membuat Aisyah merasa segar. Aisyah melihat
banyak sayur-sayuran berwarna hijau dan buah-buahan yang segar, sementara nenek
memetik sayur di kebun. Kata nenek sambil fokus memetik sayur, "Aisyah ayo
bantu nenek memetik sayur dan buah di sini". Jawab Aisyah dengan senang,
"iya nenek aku segera ke sana". Nenek dan Aisyah pun memetik beberapa
sayur dan buah-buahan.
Di
tengah pekerjaan mereka, tiba-tiba Aisyah berteriak dengan geli, "nenek
ada ulat!!!" Nenek segera melihat Aisyah
dengan muka panik dan berkata, "ada apa Aisyah?” Aisyah menjawab dengan muka pucat, "di
situ ada ulat yang sangat menjijikan nek". Jawab nenek dengan
menghembuskan nafas, "ya ampun Aisyah itu cuma ulat kecil yang mencari
makan". Bantah Aisya dengan geli,
"tetapi tetap saja ulatnya sangat menjijikan." Lalu kata nenek sambil
melihat aisah, "sudah…sudah… kita istirahat saja ya Aisyah". Aisyah mengangguk
kepala tanpa berbicara satu kata pun dan mereka beristirahat.
Siang
yang terik, setelah Aisyah dan nenek beristirahat, mereka pun pulang ke rumah. Di
rumah, ibu sudah masak makanan siang untuk mereka, dan mereka makan bersama di
meja makan. Mereka makan sayur tumis dan ikan goreng serta nasi panas. Saat
makan ibu bertanya kepada Aisyah sambil menatap Aisyah, "Aisyah bagai mana
tadi memetik sayurnya, apakah menyenangkan?" Jawab Aisyah dengan muka
menyebalkan, "mana ada menyenangkan, aku bertemu ulat yang sangat
menjijikan bu". Lalu mereka semua
tertawa bersama karena tingkah laku Aisyah. Setelah selesai makan Aisyah dan
keluarganya beristirahat.
Sore
harinya Aisyah mengikuti nenek ke belakang rumah, di mana di sana ada kebun
kecil nenek di dekat sungai. Di sungai tersebut banyak anak-anak yang sedang
mandi dan bermain. Sementara itu, nenek mengambil buah pisang dan Aisyah
berdiri menunggu nenek di bawah pohon kelapa. Tidak lama kemudian suara kelapa
yang jatuh berbunyi "tup", Untung saja Aisyah segera ditolong oleh
seorang anak perempuan bernama Yaya.
Yaya adalah anak seorang petani, ia sangat
pintar dan cerdas dia juga sopan, Yaya beragama Katolik.
Melihat
kejadian tersebut nenek Aisyah agak terkejut. Kata nenek Aisyah dengan muka
yang melegakan setelah Aisyah di tarik Yaya, "Untung saja ada Yaya,
mungkin kalau tidak ada Yaya kepala kamu terbentur kuat Aisyah". Kata Aisyah
dengan senang, "benar sekali nenek Untung ada dia". Lalu Aisyah mengucapkan terima kasih kepada
yaya. Aisyah dan Yaya pun berkenalan,
mereka saling menanyakan asal, suku dan agama. Aisyah pun ikut Yaya bermain, di
pinggir sungai. Sejak itu mereka berteman baik.
Setelah bermain di pinggir sungai tepatnya
pada petang hari sekitar jam 05.00 sore, Aisyah dan Yaya serta teman-teman
lainnya pulang ke rumah masing-masing.
Esok
harinya, jam 08.00 pagi saat ayam sudah berkokok, Yaya yang bersemangat dan
teman-teman pergi ke rumah Aisyah untuk mengajak Aisyah bermain. Setelah
beberapa menit kemudian saat mereka sudah sampai di rumah nenek Aisyah, mereka
memanggil Aisyah dengan senang, "Aisyah ayo bermain!” Lalu jawab Aisyah
dengan nasi di dalam mulutnya "tunggu sebentar aku sedang sarapan." Jawab
teman-temannya "iya".
Setelah piring Aisyah kosong dan Aisyah sudah
kenyang aisah menghampiri teman-temannya dengan senyum lalu kata aisah,
"ayo kita bermain teman-teman!" Jawab teman-teman "ayo". Lalu
Aisyah pamit kepada ibu, ayah dan nenek. Kata nenek singkat, "hati hati ya
aisah". Jawab Aisyah sambil berlari bersama teman-teman, "iya
nenek".
Mereka
pergi bermain di dekat sungai, suasananya sangat tenang, airnya jernih, banyak
pepohonan yang lebat dan hewan-hewan kecil. Saat mereka bermain, ada satu teman
yang iri dengki dengan Aisyah bernama Rani. Ia berusaha menyingkirkan Aisyah
dengan menghasut Yaya karena ia tidak ingin Yaya dekat dengan Aisya.
Saat
Aisyah bermain bersama teman-teman yang lain, Rani menghampiri Yaya yang sedang
duduk di pinggir sungai lalu kata rani dengan muka yang benci, "Yaya kamu
tidak boleh berteman dengan Aisyah karena dia berbeda agama." Jawab Yaya dengan
heran, "kenapa tidak boleh, beda agama bukan berarti tidak berteman".
Bantah Rani dengan yakin, "pokoknya kamu harus berteman dengan kami yang
sama agama dengan kamu saja Yaya!" Lalu
kata Yaya dengan tegas, "kamu tidak boleh begitu, meskipun kita berbeda
agama, bahasa dan suku kita tidak boleh membeda-bedakan satu sama lain." Kemudian
tanya Rani penasaran dengan penjelasan Yaya, "jika kita tidak mau berteman
memangnya apa dampaknya?" Jawab Yaya dengan senang, "dampaknya jika
tidak mau berteman dengan mereka yang berbeda agama, suku ataupun bahasa akan
terjadi permusuhan dan terpecah belah."
Mulai
sejak itu Rani sadar bahwa kita tidak boleh membeda-bedakan teman, lalu mereka
melanjutkan bermainan mereka bersama teman yang lain.
Hari
demi hari berlalu, hari Minggu pun tiba, seperti biasa Aisyah sarapan sebelum
bermain. Pagi ini Aisyah sarapan telur dadar dengan nasi panas. Awalnya Aisyah
berencana untuk berenang di sungai bersama Yaya dan teman-teman, tetapi kemudian
ia berpikir bahwa Yaya hari Minggu pergi ke gereja. Jadi ia memutuskan untuk
mandi saja di rumah. Selesai mandi Aisyah membereskan barang dan mempacking
pakaian bersama ibu karena siang nanti Aisyah bersama ibu dan ayah akan pulang
ke Jakarta.
Panas
yang terik, sekitar jam 01.00 siang setelah mereka makan siang, Aisyah dan ibu
serta ayah sudah siap untuk pulang ke Jakarta, tetapi Aisyah sangat sedih
karena belum bertemu Yaya. Aisyah, ibu
dan ayah berpamitan kepada nenek dan memeluk nenek. Kata nenek dengan senang,
"terima kasih kalian sudah mau berkunjung ke kampung, nenek sangat senang
jika kalian sering berkunjung. Pesan nenek untuk kalian, hati-hati ya saat
pulang". Jawab ayah Aisyah dengan meyakinkan Aisyah, "iya Bu kami
akan sering ke sini, ya kan Aisyah?"
Jawab Aisyah dengan muka sedih, "iya yah". Lalu tanya nenek dengan bingung,
"mengapa kamu terlihat sedih Aisyah?" Aisyah pun menjawab, "aku sangat
sedih karena meninggalkan nenek di sini, aku juga sedih karena belum bertemu
Yaya." Lalu kata nenek agar Aisyah tidak sedih, "Aisyah sering-
sering saja ke sini ya biar bisa ketemu nenek dan Yaya lagi." Aisyah
menjawab dengan muka cemberut, "iya Nek".
Setelah
itu Aisyah masuk mobil, kaki kiri dan kaki kanan Aisyah 1 demi 1 masuk ke
mobil, saat kaki terakhir masuk ke mobil, tiba-tiba teriak Yaya dengan keras
"heyy aisah kau belum berpamitan denganku!!" Lalu Aisyah turun dari
mobil memeluk Yaya dengan gembira, kata aisah, "Yaya aku belum bertemu
kamu hari ini makanya aku tidak pamit, jadi aku pamit ya pulang ke Jakarta. Aku
janji kalau ada waktu luang aku akan sering ke sini". Jawab Yaya kepada Aisyah,
"iya Aisyah, sering-sering saja ke sini, oh iya cepat Aisyah ibu dan ayah
menunggumu di mobil." Kata Aisyah untuk terakhir, "Oke aku pergi dulu ya Yaya, nenek." Lalu Aisyah masuk ke mobil
dengan senang karena sudah berpamitan dengan Yaya. Nenek dan Yaya melambaikan
tangan. Kata Nenek dan Yaya, “sampai Jumpa lagi Aisyah." Aisyah dan keluarganya pun pulang ke Jakarta.
Selesaiiii