Berita

Kontak


Alamat :

Jl. Ahmad Yani No. 35 Putussibau

Telepon :

082251616581

Email :

smpkaryabudipts@gmail.com

Website :

smpkaryabudiputussibau.sch.id

Media Sosial :

Pengumuman PSAJ



SPMB Online



Berita Terbaru



Banner



Mimpi yang Belum Selesai

Ratna tidak pergi ke sekolah hari ini. Tapi, untuk apa dia berdiam diri di dalam rumah yang sunyi ini? Ayahnya belum pulang ke rumah, mungkin masih sibuk dengan pekerjaannya yang tidak Ratna mengerti itu. Ibu? Bahkan, sekedar menatap ibunya saja ia belum pernah. Keputusan akhir Ratna ialah pergi ke rumah neneknya, tempat ia sering berkunjung sedari kecil untuk memainkan piano. Ya, piano, alat musik kesukaannya, sumber ketenangannya. Ratna bergegas mengenakan sepatunya dan melangkah keluar dari halaman rumahnya.

Tibalah ia di depan rumah itu setelah menyusuri jalan setapak cukup jauh. Ia mengetuk perlahan pintu rumah itu. Nenek Ratna, yang kerap ia panggil sebagai Oma, membuka pintu dan menyambut Ratna dengan senyuman hangat. "Ayo masuk, Ratna. Ayah belum pulang lagi, ya?" Oma menarik tangan Ratna untuk masuk ke dalam. "Iya nih, Oma. He he he..." balas Ratna sembari melepaskan alas kakinya terlebih dahulu. Oma mengajak Ratna untuk menyantap sarapan yang telah tertata rapi di atas meja makan. Sembari mereka menyantap, Oma membuka topik pembicaraan mereka. "Ratna pasti mau bermain piano ya sehabis makan?" Ratna mengangguk pelan sambil mengunyah makanan yang ada di dalam mulutnya. "Kamu mirip seperti ibumu, Ratna," lanjut Oma. "Ibumu dahulu selalu memainkan lagu-lagu yang ia buat sendiri dengan pianonya selama ia mengandungmu. Dia berharap kalau suatu saat nanti, ia bisa melihat anak yang sedang dikandungnya itu, dapat bermain piano dengan mahir seperti dirinya," tutur Oma, matanya penuh memori. "Dahulu ibumu bercita-cita ingin menjadi seorang pencipta lagu yang hebat. Namun, setelah menikah, ia menjadi lebih fokus ke urusan rumah tangganya." Ratna berhenti menyuapkan makanan saat mendengar perkataan. Terpikir di benaknya, mungkinkah ia dapat melanjutkan mimpi ibunya yang tidak sempat ibunya wujudkan itu? "Apa mungkin aku bisa melanjutkan mimpi ibu itu, Oma?" Ratna bertanya penuh harap. "Tentu, sayang." Oma menjawab dengan tatapan yang dalam. "Oma bisa berikan piano ini kepadamu, agar kamu bisa berlatih di rumahmu tanpa harus pergi ke rumah Oma terlebih dahulu." Oma menawarkan piano jikalau Ratna ingin membawanya. Dengan penuh antusias Ratna mengangguk kencang, sampai -sampai sendok yang ada di tangannya terjatuh. Oma tergelak. "Baik, nanti Oma akan minta bantuan seseorang untuk bawakan piano ini ke rumahmu."

Semangat Ratna tak pernah padam. Jari-jarinya terus berlatih memainkan tuts-tuts yang ada pada piano itu. Mulai dari ia SMP, sampai akhirnya ia duduk di bangku SMA. Ratna didaftarkan di SMA Bakti Harapan, salah satu SMA Swasta yang ada di daerahnya. Ratna ditolak di jurusan IPA, maka ia mengambil jurusan IPS. Hari pertama di kelas barunya, satu-satunya hal yang ia bisa lakukan hanyalah mencoba untuk tertidur di tengah riuhnya suasana kelas itu. Sampai sebuah telapak tangan menepuk pundaknya, yang sontak membuat Ratna terbangun. Seorang gadis berkacamata dengan sebuah buku kecil di tangan kirinya berdiri tepat di hadapan Ratna. "Hai, mau berteman?" gadis itu bertanya dengan nada yang kaku. "Ah, tentu saja." Ratna menerima ajakan pertemanan itu, dengan sedikit menyengir. Gadis itu memperkenalkan namanya. Nama gadis itu ialah Anna, Anna Nindita. Lekas Ratna memperkenalkan dirinya pula. "Aku Ratna Candrakirana, panggil saja aku Ratna," salam Ratna. Anna terlihat seperti menyadari sesuatu, kemudian segera membuka buku yang ia pegang di tangan kirinya itu. "Kamu dari tadi memperhatikan ini ya? Ini isinya adalah cerita-cerita dan puisi yang aku tulis," tutur Anna. Gadis berkacamata itu suka menulis, dia ingin masuk ke jurusan Bahasa. Namun, kedua orang tuanya tidak menyetujui minatnya. Maka, ia dengan terpaksa harus bergabung ke dalam jurusan ini. Percakapan itu berlanjut dengan membahas kegemaran mereka masing-masing.

Waktu berlalu dengan cepat, bagaikan air yang mengalir. Tidak butuh waktu yang lama untuk Ratna dan Anna menjadi akrab. Apapun yang mereka lakukan, selalu mereka lakukan bersama. Sampai sebuah ide lewat di benak Ratna. Bagaimana kalau ia mewujudkan mimpinya, dengan bekerja sama bersama Anna? Anna yang pandai merangkai kata-kata menjadi sebuah tulisan, disertai Ratna yang ahli dalam bermain musik, tentu akan menghasilkan lagu yang sempurna, bukan? Ratna menyampaikan ide itu pada Anna. Awalnya, Anna merasa ragu. Tapi, ia tatap sejenak sepatunya yang kumuh dan hampir robek. Pada akhirnya ia pun setuju. Mungkin, setelah mempertimbangkan keuntungan yang akan didapat nantinya. 

Bermodalkan niat dan tekad, mereka usahakan segala sesuatu dan rela mengorbankan waktu luang mereka demi menyusun lagu tersebut. Sampai di pertengahan bulan Oktober, lagu itu akhirnya selesai. Dada Ratna dipenuhi rasa lega, membayangkan mimpinya yang akan segera tercapai. Mereka sepakat untuk membawa lagu itu ke studio musik yang dimiliki oleh kenalan Anna lusa. Hari itu tiba, namun ketika Ratna menghubungi Anna, Anna mengabari bahwa ia sedang sakit dan tidak dapat keluar rumah dalam beberapa hari. Ratna kecewa, namun ia menganggap ini sebagai ujian kesabaran yang diberikan oleh Tuhan sebagai permulaan. Sebelum ia akhirnya menjalani ujian yang sesungguhnya. Yaitu ketika ia membuka platform video laptopnya, dan melihat sebuah akun studio musik dengan nama pengguna yang tidak asing. Judul lagu itu pun... persis seperti lagu yang ia buat bersama Anna. Tangannya gemetar saat menekan video itu. Benar saja, lagu yang sama, dengan mengatasnamakan nama "Anna Nindita" sebagai penulis sekaligus pencipta lagu tersebut. Hanya seorang diri. Ratna tidak sanggup merangkul luka itu. Ia melangkah menyusuri rumah dan pergi menuju telepon yang ada di ruang tamu. Segera ia meminta penjelasan pada Anna. "Memangnya, kamu ada partisipasi apa, Ratna?" Anna memberi jawaban atas pertanyaan-pertanyaan itu dengan ketus. "Sejak awal, yang merangkai, menulis, dan membuat keseluruhan lagu ini adalah aku. Kamu tinggal memberinya suara sekedar untuk menghidupinya. Memangnya, itu adil?" Perkataan Anna tak henti-henti membuat Ratna terdiam. Ratna ingin menuntutnya. Tapi, memangnya Ratna punya bukti apa? Sejak awal, lembar rancangan lagu itu selalu dibawa oleh Anna. Telepon ditutup tanpa ada penyelesaian masalah. Yang ada hanya menambah masalah baru, yaitu retaknya pertemanan mereka.

Dada Ratna sesak, sulit baginya untuk mengungkapkan rasa putus asa ini. Bahkan saat di rumah, tidak ada sosok ayah yang bersedia untuk menghiburnya. Ratna berbalik arah, pergi menuju rumah Oma.

Tangisnya lepas saat melihat wajah hangat Oma. Lekas ia memeluk satu-satunya orang yang bisa ia percaya saat itu, menceritakan semua yang telah terjadi. Tangan halus Oma membelai rambutnya yang kusut karena lupa disisir. Oma mencoba membawa Ratna pergi ke sebuah ruangan yang belum pernah Ratna kunjungi sebelumnya. Ruang itu minimalis, berdebu, namun masih indah dan hangat. Piano usang terletak di tengahnya. Kamar lama ibu, sebelum berpindah ke rumah yang baru. Oma membongkar sebuah lemari, dikeluarkannya sebuah kotak dari lemari itu. Lalu, Oma mengambil sebuah buku diary berwarna biru dari dalam kotak itu. Isinya surat-surat yang ditulis ibu untuk Ratna. Harapan dan motivasi untuk anak yang ia sayangi.

Perihal kegagalan sulit dihindari.
Aku yakin kamu dapat bangkit darinya.
Aku yakin kamu dapat mengalahkan rasa sesak itu.
Sebab akan tiba saatnya, kamu akan memulai langkah menuju kehidupan baru yang lebih baik

Itulah salah satu dari beberapa surat yang dibacakan oleh Oma kepada Ratna, mengundang tangis Ratna yang mengalir sendirinya. Namun, entah mengapa rasanya Ratna menjadi lebih tenang. Semakin lama, semakin hanyut. Ratna kini sudah bisa mengendalikan emosinya. Dia menghentikan Oma yang terus membaca dan berterimakasih karena telah menghiburnya. Oma tersenyum manis, kemudian menyodorkan buku itu kepada Ratna, mencoba menawarkan jikalau Ratna ingin membacanya. "Tentu, Oma." Itulah yang Ratna ucapkan. Saat membacanya, Ratna memikirkan sebuah ide baru. Bagaimana kalau ia menerjemahkan surat ini menjadi sebuah lagu? Lagu itu bisa menjadi penghubung antara ia dan ibunya. Semangatnya yang redup kini bangkit kembali. Ia bergegas berdiri dan pergi menuju Oma untuk menyampaikan ide itu. Oma selalu bersedia mendukung Ratna. "Paman jauhmu ada yang punya studio musik, di media sosial pengikutnya sudah cukup banyak. Jika kamu mau, nenek bisa segera hubungi paman itu." Ratna menganggukkan kepalanya dengan cepat. Rasa Antusias yang berapi-api menguasai dirinya saat ini.

Setiap tetes keringat Ratna yang jatuh kini berbuah manis. Di awal bulan November, karya yang ia perjuangkan kini telah selesai. Ditemani neneknya, Ratna dijemput oleh pamannya untuk pergi menuju studio musik yang dimaksud. Dia bertemu dengan para kru musik hebat yang bersedia membantunya mengembangkan lagu yang ia buat. Mulai dari vokalis, sampai para pemain musik lainnya.

Setelah proses perekaman selesai, paman berjanji akan segera menyunting dan memposting lagu itu di media sosial. Ratna pergi dari tempat itu diakhiri ucapan terimakasih. Dia dan Oma diantar kembali ke rumah oleh paman itu.
Kabar gembira datang melalui telepon oleh paman Ratna. Lagu tersebut telah diposting. Dan tak pernah Ratna sangka sebelumnya, karyanya menuai pujian dari para pendengarnya. Setiap aspek dari lagu itu mulai dari lirik, instrumen, melodi, dan lain-lain dinilai sangat indah. Bahkan menurut beberapa komentar di video tersebut, lagunya menjadi motivasi untuk bangkit dari masalah yang sedang dihadapi oleh beberapa orang.
Rasa haru menyelimuti Ratna, digambarkan lewat matanya yang berkaca-kaca. Sepertinya dunia sedang berpihak padanya. Langkah kaki seorang pria memasuki ruangan rumah itu. Ayah Ratna akhirnya pulang dari pekerjaannya yang panjang. Dengan segera Ratna berlari menuju tempat ayahnya berdiri saat itu. Ratna menceritakan dan memperlihatkan karya yang telah ia buat. Mata ayah menyimpan memori saat lagu itu diputar, teringat pada mendiang istrinya. Ayah Ratna menyadari bahwa Ratna melakukan itu tanpa dirinya, tanpa dukungan dari sosok ayah. Yang bisa ayahnya lakukan saat itu ialah meminta maaf sebab tak pernah meluangkan waktu untuk putri kecilnya itu. Ratna tak pernah menyimpan dendam, melihat wajah ayahnya saja sudah menjadi kebahagiaan baginya. Oma pun menyambut hangat kabar baik itu. "Bangga" ialah kata yang sudah pasti Oma katakan pada Ratna.
Senyum di wajah Ratna terus berbinar, sampai teringat kalau ia harus masuk ke sekolah lagi hari esok.

Di pagi hari itu, Anna yang baru datang di sekolah segera menghampirinya. Beribu maaf diucapkan oleh Anna, entah karena menyesal, atau karena takut dituntut oleh Ratna dengan popularitasnya saat ini. Lagu Anna memang cukup banyak didengar, tapi tidak cukup banyak untuk menyaingi milik Ratna. "Aku melakukan ini karena tekanan ekonomi keluargaku, Ratna," jelas Anna sambil mengepal tangannya yang bergetar. "Aku engga bisa melanjutkan sekolah jika engga melakukan ini, aku terpaksa. Nilaiku tidak mencukupi untuk sekolah negeri yang bahkan tidak terlalu tenar di sini," sambung Anna. "Tolong, jangan hancurkan aku lebih dalam." Kini, kepala Anna merunduk ke bawah. Sulit bagi Ratna untuk memaafkannya, namun tak mungkin Ratna menghancurkan hidupnya lebih dalam. Ratna hanya menasehatinya, menyuruhnya kembali dengan versi terbaiknya. Anna kembali mengucapkan maaf, kemudian berjalan menjauh dengan kepalanya yang tertunduk lesu. Entah kapan pertemanan mereka akan membaik, tapi ini mungkin bisa jadi pelajaran bagi Anna, sekaligus Ratna.

Ayah Ratna kini lebih terbuka terhadap putrinya. Ratna didaftarkan dalam les piano, juga pamannya menghubungi dia untuk menjadi salah satu kru dalam studio musiknya. Punya penghasilan di usia yang muda adalah pencapaian terbaik Ratna sejauh ini. Juga, ia yakin kalau ibunya sedang dipenuhi sukacita di sana. Maka, Ratna menulis sebuah surat balasan untuk ibunya. Berisi masalah-masalah yang pernah ia hadapi, cara ia mengatasinya, pencapaiannya, dan ucapan terimakasih pada ibunya. Ratna melipat kertas berisi surat itu menjadi sebuah perahu kecil. Membawanya ke sebuah sungai yang ada di dekat rumah Ratna. Ratna melayarkan perahu itu, dan ia biarkan mengalir jauh. Berharap air itu akan mengantarkan pesan darinya ke tempat ibunya berada, tempat yang belum pernah Ratna kunjungi sebelumnya.

by Bathilda Hervira Pranandanty

Sambutan Kepala Sekolah

Selamat datang di website SMP Karya Budi Putussibau.

Website ini merupakan sebuah layanan web yang hadir sebagai media komunikasi dan interaksi antara sekolah dan masyarakat. Semua pihak yang berkepentingan dengan dunia pendidikan terutama yang berlangsung di sekolah ini seperti guru, tenaga kependidikan, murid, orangtua murid/wali, para pejabat dan yang lainnya, dapat mengakses berbagai informasi yang disediakan. Informasi tersebut antara lain tentang profile sekolah, staf pengajar, jenis-jenis ekstrakurikuler, berita sekolah, SPMB dan berbagai informasi penting lainnya. Melalui website ini kami akan mengkomunikasikan bagaimana detak jantung kegiatan sekolah dalam rangka memberikan layanan pendidikan terbaik kepada masyarakat.

Mudah-mudahan kehadiran website ini akan memberikan manfaat kepada warga sekolah khususnya dan masyarakat luas umumnya dalam rangka memajukan pendidikan di Indonesia